Jumat, 06 November 2015

“Lingkungan Tropis Tanpa Limbah” Karakteristik Negara Indonesia yang agraris dari sektor pertanian menjadikan sumber kemakmuran rakyat. Pandangan yang cukup menjajikan dari berbagai sektor, dalam hal ini kebanyakan masyarakat kita berstatus sebagai petani sangat dominan. Bangsa ini bisa dikatakan sangat termansyur dipanggung Asean dari sektor pertanian dan sub sektor pertanian. Indonesia bisa menjadi macan Asean karena dukungan lahan pertanian yang sangat luas berupa hamparan hijau, dulunya banyak disegani bangsa lain sampai mereka mengungkapan “ Rumput Tetangga Lebih Hijau Dari Rumput Sendiri”. Bangsa ini dalam tanda kutip hijau, dan semoga akan hijau hingga selamanya. Kebutuhan ekonomi masyarakat kita saat ini mulai mengarah pada perdagangan bebas yang begitu meluas termasuk pertanian. Dari jaman dahulu, kebanyakan orang menjadikan pertanian sebagai lahan untuk mendapatkan modal. Pertanian sebagai sektor penting bagi masyarakat, sebagai sumber penghasilan, karena sebagian besar kawasan Indonesia itu merupakan lahan pertanian. Media utama berupa tanah yang biasanya digunakan petani untuk mencocok tanam. Namun sekarang sudah alih fungsi lahan yang memberikan dampak sangat signifikan yakni semakin sempitnya keadaan lahan pertanian yang didominasi pembangunan dari sektor industri. Keadaan lahan teknis pertanian kita semakin bertambah tahun semakin sempit. Sehingga kegiatan pertanian yang dulunya itu konfensional menjadi tidak sebab, tingginya harga lahan. Jaman semakin maju dengan sangat pesat saat ini, suatu Negara akan dikatakan modern apabila masyarakatnya mempunyai pola hidup serba instan atau cepat saji. Hal ini sudah tidak asing lagi untuk kita bangsa berkembang. Dulu ketika jaman masih sangat tradisional atau istilahnya primitive, masih banyak aktifitas yang dilakukan didalam rumah bersama keluarga sekedar untuk memasak. Jaman semakin berkembang menjadikan masyarakat untuk lebih cerdik menyikapinya. Kehidupan masyarakat yang menginginkan segala sesuatu serba cepat, instan dan lengkap. Sekarang telah merambah pada sector pertanian kita. Dalam kehidupan yang modern ini, petani dengan berbagai kesibukannya lebih memilih memposisikan dirinya untuk memanfaatkan perkembangan kemajuan teknologi dalam bidang pertanian yang saat ini semakin tahun semakin pesat. Bangsa ini banyak dikaruniai dengan beberapa hutan yang luas dan indah sangat eksotik dibanding bangsa lain. Hutan kita yang menjadi salah-satu icon hutan tropis paling luas dan paling kaya akan keanekaragaman hayati didunia ini. Sebagian besar masyarakat kita menggantungkan dirinya sebagai petani dan mengandalkan hidup serta mata pencahariaannya dari hutan. Namun saat sekarang ini tragedi maupun fenomena yang terjadi di hutan terus berlangsung di Indonesia. Akhir pekan ini Indonesia telah menjadi sorotan mata dunia karena kerusakan sumberdaya yang sangat semena-mena di Negara ini. Sekarang sudah jelas bahwa bangsa kita berada dalam masa transisi yang mendalam. Negara yang dahulunya sangat kaya akan sumberdaya alam hutan menjadi suatu Negara yang semakin miskin hutan. Dengan adanya kerusakan hutan, Indonesia kehilangan kekayaan keanekaragaman hayati. Keadaan hutan saat ini memang menarik perhatian diberbagai kalangan. Hutan-hutan Indonesia juga memegang peranan penting bagi kehidupan mahluk hidup. Hutan menyimpan jumlah karbon yang sangat besar dan juga sebagai sumber oksigen untuk manusia. Kecenderungan masyarakat kita yang notabennya sebagai petani dan produk akhir berupa produksi tanaman pangan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Dengan melihat keadaan lahan pertanian yang masih belum dipergunakan oleh masayarakat untuk lahan pertanian yang sempit sebagai penunjang dalam mengembangkan hasil pertanian yaitu dengan bercocok tanam system hidroponik. Hidroponik adalah lahan untuk budidaya pertanian yang sangat identik tanpa menggunakan lahan media tanah seperti potongan busa atau kayu. Dengan memakai perantara larutan nutrisi yang digunakan sebagai sumber penambahan nutrisi. Perlu disadari bahwa kebutuhan masyarakat kita akan pangan sangat penting. Kebutuhan pangan bagi manusia seperti sayuran dan buah-buahan menjadi sangat meningkat dengan perkiraan pertumbuhan jumlah penduduk. Disisi lain hal tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan lahan pertanian kita yang saat ini justru semakin sempit. Minat masyarakat harus mampu ditumbuhkan untuk diarahkan pada kepedulian lingkungan sekitar, dengan cara menggalakkan system hidroponik. Dengan menerapkan system hidroponik ini, sebagai salah satu solusi yang patut dipertimbangkan masalah pangan saat ini. Tanaman hortikultura yang bisa ditanam dengan media ini sangat tepat apabila mulai dibudidayakan dilingkup keluarga kecil. Keterkaitan antara sektor pertanian, kesehatan lingkungan dan pemenuhan gizi nasional semuanya saling terkait dan membutuhkan kerjasama demi terpenuhinya asupan gizi masyarakat. Kandungan yang tersimpan dalam tanaman hortikultura tidak bisa kita menganggap remeh karena tubuh sangat membutuhkan. Keadaan gizi masyarakat kita telah menunjukkan kecenderungan yang semakin membaik, sebab hal ini ditunjukkan dengan menurunnya kekurangan gizi pada anak balita. Dalam masalah gizi, ada beberapa factor yang memberi pengaruh besar diantaranya ; masih tingginya angka kemiskinan, rendahnya kesehatan lingkungan, lemahnya partisipasi masyarakat dan sangat terbatasnya aksesibilitas pangan pada tingkat keluarga terutama pada keluarga miskin. Tingkat kecakapan interaksi dengan informasi yang dimiliki oleh individu itu akan melahirkan wawasan yang luas, sebab mereka dapat menangkap segala bentuk informasi yang ada, dengan kata lain wawasan luas atau melek informasi. Selain itu jika tingkat melek informasi masyarakat kita tinggi akan semakin terasa manfaatnya ketika suatu daerah itu memiliki potensi yang luar biasa hebat. Dengan berbekal kemampuan dan kemelekan informasi itu memegang peranan penting dalam penyebaran inovasi, khususnya dalam lingkup masyarakat. Sikap masyarakat kita yang sudah mengikuti perkembangan jaman yang serba modern, mereka mulai acuh dengan sesuatu yang bernama limbah. Kegiatan tanam jelas hasil akhirnya menghasilkan panen dan juga limbah begitu pula dengan hewan ternak. Limbah pertanian yang secara rutin dihasilkan oleh petani sering dianggap sebagai buangan sehingga menjadi beban untuk membuang dan memusnahkan. Kotoran ternak misalnya, lebih sering dibuang langsung dilahan tanpa adanya pengolahan. Jika dibandingkan dengan pemanfaatan sebagai pupuk bokasi hasil fermentasi prosentasenya sangat rendah. Dalam hal ini tugas kita sebagai generasi muda perlu adanya perubahan dalam memandang limbah peternakan, yakni dengan inovasi produk sampingan. Limbah peternakan mampu menjadi potensi untuk memunculkan inovasi baru seperti pupuk bokasi yang dapat diolah menjadi produk yang punya nilai ekonomis, memberikan nilai tambah dan membuka lapangan kerja baru dalam hal menunjang ekonomi masyarakat khusunya ibu-ibu yang sering dirumah serta harus dibekali ketrampilan khusus demi memanfaatkan waktu luang sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Dalam bidang peternakan, limbah itu menjadi bahan andalan pemenuhan kebutuhan pupuk. Namun karena pengelolaannya yang belum memadai maka sebagian besar masyarakat kita menganggap limbah menjadi penyebab utama pencemaran lingkungan. Jika disetiap rumah telah melakukan penerapan budidaya tanaman hijau dengan menggunakan pupuk bokasi maka akan terlihat baik dan saling keterkaitan yang pada akhirnya dikembalikan dilingkungan. Karena keberhasilan usaha pertanian tanaman, sangat tergantung oleh ketersediaan pupuk. Kesadaran masyarakat untuk melakukan perlindungan terhadap kondisi lingkungan agar kualitas kebutuhan udara segar dan air bersih terpenuhi. Manfaat dan nilai tambah pupuk organic memperbaiki kualitas tanah dan biasanya tidak dinikmati dalam jangka pendek tapi dalam jangka panjang. Adopsi masyarakat kita dalam pembuatan pupuk organik dilakukan agar petani yang cenderung belum memanfaatkan limbah, sebagai bahan baku pembuatan pupuk dapat merubah kebiasaanya. Perlu diadakan sosialisasi tentang pentingnya pemanfaatan potensi limbah untuk pupuk organik, perlu pelatihan pembuatan pupuk organik merupakan alternantif agar petani mempunyai kemampuan teknis. Pupuk organik jika dikembalikan lagi ketanah sebagai asupan unsur hara tanaman akan cepat subur. Apabila masyarakat kita sudah giat untuk membudidayakan tanaman hijau dimasing-masing rumahnya bahkan menanam pohon yang mampu menghasilkan oksigen bagi lingkungan, walaupun dengan keterbatasan lahan tetapi menggunakan media tanam seperti diatas. Maka ini sangat mendukung terciptanya lingkungan tropis yang tampak hijau dan kaya akan oksigen segar. Walaupun belum bisa dirasakan sekarang tapi dalam jangka panjang. Dengan demikian untuk menciptakan lingkungan yang benar-benar tropis harus memperhatikan hubungan keterkaitan mulai dari bahan buangan sampai barang bernilai seperti limbah. Dahulu ada sosok penyair mengatakan “Emas Berlian Dibalik Lumpur”, itulah kunci terciptanya lingkungan tropis tanpa limbah untuk masa depan. Mengetahui ; Penulis Yuni eka puspitasi
JUDUL: “PERBANDINGAN FERTILITAS SERTA SUSUT, DAYA TETAS DAN BOBOT TETAS AYAM KAMPUNG PADA PENETASAN KOMBINASI” LANDASAN & TUJUAN: Potensi ayam kampung perlu dikembangkan untuk meningkatkan gizi masyarakat. Untuk meningkatkan populasi ayam kampung perlu dilakukan kegiatan antara lain penetasan. Dalam teori Dudung (1990), penetasan merupakan suatu proses yang memerlukan penanganan yang baik, agar diperoleh efisiensi daya tetas yang berkualitas prima. Pada dasarnya, penetasan telur ayam kampung dapat dikelompokkan menjadi dua cara, yaitu cara alami dengan induk dan cara buatan dengan menggunakan mesin tetas. Untuk meningkatkan produksi telur ayam kampung bisa dilakukan dengan cara mengeramkan telur ayam kampung pada induk entok. Penulis melakukan penelitian di kelompok telur ayam kampung Tani Ternak Rahayu di Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupten Pesawaran melakukan penetasan dengan menggunakan mesin tetas. Penetasan secara kombinasi didasarkan pada pengalaman dari Kelompok Tani Ternak Rahayu, dengan penetasan pada entok selama 7 dan 10 hari, kemudian dimasukkan ke dalam mesin tetas. Kemudian kelompok tani tersebut mencoba melakukan kombinasi antara penetasan alami dengan bantuan entok yang dilanjutkan ke dalam mesin tetas. Daya tetas yang didapat dengan cara kombinasi mencapai 90%. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti proses penetasan telur ayam kampung dengan cara kombinasi terhadap fertilitas serta susut, daya, dan bobot tetas yang baik. METODE: I. ANALISA DATA: Penelitian ini membandingkan 2 perlakuan kombinasi penetasan yaitu 7 dan 10 hari pada entok yang kemudian dilanjutkan ke dalam mesin tetas. Jumlah terlur yang ditetaskan sebanyak 100 butir untuk masing – masing perlakuan. Peubah yang diamati fertilitas serta, susut, daya, dan bobot tetas. Pengujian dilakukan dengan uji t-student pada taraf nyata 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat kematian embrio dan angka kematian day old duck (DOD) pada penetasan dengan induk entok lebih tinggi dibandingkan dengan mesin tetas, karena faktor kebersihan induk entok yang berpengaruh pada perkembangan embrio. Pada penelitian ini, sex ratio ayam kampung 1:10. Fertilitas pada penelitian ini lebih baik dibandingkan dengan hasil penelitian, fertilitas telur ayam kampung yang ditetaskan secara alami yaitu 77,59%. Rendahnya fertilitas yang dihasilkan karena kurangnya pemberian pakan yang berkualitas pada ayam dan menyebabkan menurunnya fertilitas. • Susut Tetas Telur Ayam Kampung pada Penetasan Kombinasi Dalam penelitian ini pengukuran kerabang telur tidak dilakukan, tetapi tebal dan tipisnya kerabang telur dapat diduga dengan cara melihat warna kerabang telur tetas. Tebal kerabang dapat dilihat dengan cara diamati struktur luar kerabang. Apabila kerabang telur tipis maka warna telur keputih – putihan, sedangkan telur yang kerabangnya tebal berwarna kuning kecokelatan. Warna kerabang saat penelitian relatif sama yakni berwarna keputih – putihan sampai kecokelatan, sehingga susut tetas dari perlakuan pengeraman 7 dan 10 hari relatif sama. • Daya Tetas Telur Ayam Kampung pada Penetasan Kombinasi Secara teknis, telur yang digunakan pada penelitian ini telah dipilih dan dibersihkan sebelum dieramkan, rata – rata berat telur mencapai P1( 41,70±6,67 g) dan P2 (38,43±7,67 gram) umur 4 hari, dengan bentuk oval dan warna telur kuning kecokelatan. Menurut Murtidjo (1995), kisaran bobot telur tetas ayam kampung yang ideal untuk ditetaskan adalah berkisar 42-45 gram. Selain itu, frekuensi pemutaran telur dilakukan 3 kali dalam sehari yakni pagi, siang, dan sore hari. Pemutaran telur telah sesuai dengan pernyataan Setioko, dkk. (1994) yakni sebaiknya pemutaran telur dilakukan 3 sampai 5 kali dalam sehari. Pemutaran telur dilakukan bertujuan agar embrio tidak menempel pada kerabang telur dan memberikan panas yang merata pada permukaan telur. Namun, daya tetas yang dihasilkan pada pengeraman 10 hari lebih rendah dari pada dengan pengeraman 7 hari. Hal ini terjadi karena telur tetas pada pengeraman 10 hari diduga telah terkontaminasi lebih lama dengan kotoran entok, sehingga banyak embrio yang mati. Pada penelitian ini hasil daya tetas pada pengeraman di induk entok selama 7 dan 10 hari adalah 83,75% dan 71,41%. Hasil ini lebih baik dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Iriyanti, dkk. (2007) ; daya tetas telur ayam kampung yang ditetaskan secara alami yaitu 72,02%. Sistem penetasan yang digunakan dalam penelitian ini memungkinkan daya tetas yang dihasilkan lebih tinggi akibat adanya sistem kombinasi antara sistem penetasan alami dan buatan. • Bobot Tetas Telur Ayam Kampung pada Penetasan Kombinasi Pada saat penelitian ini, suhu rata – rata (36,33 oC) dan kelembapan (57,22%) mesin tetas telah sesuai sehingga tidak bepengaruh pada bobot tetas. Pada penelitian ini hasil bobot tetas pada pengeraman di induk entok selama 7 dan 10 hari adalah 26,71 gram dan 27,56 gram. Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Septiawan (2007), bobot tetas telur ayam kampung induk tua (30,48 g/ekor), induk sedang (28,28 g/ekor), dan induk muda (26,22 g/ekor) yang ditetaskan dengan menggunakan umur induk yang berbeda pada penetasan alami. Hal ini diduga karena umur ayam yang digunakan memunyai umur yang berbeda, bobot telur yang berbeda, serta suhu, dan kelembapan tempat yang berbeda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam proses penelitian yang telah dilakukan yakni pengeraman pada induk entok selama 7 hari yang kemudian dilanjutkan ke dalam mesin tetas menunjukkan fertilitas dan daya tetas yang lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan pengeraman pada induk entok selama 10 hari, tetapi berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap susut dan bobot tetas.